SELAMAT DATANG

Sabtu, 02 Januari 2010

Tokoh Geologi



ALFRED WEGENER
AHLI METEOROLOGI DAN GEOLOGI

Alfred Lothar Wegener lahir di Berlin pada tanggal 1 November 1880 adalah seorang ilmuwan dan meteorolog dari Jerman. Ia dikenal dengan teorinya mengenai Continental Drift (Kontinentalverschiebung), yang dikemukakan pada tahun 1912 yang menyatakan bahwa kontinen secara perlahan bergerak di permukaan bumi. Sayangnya, pada saat itu ia tidak dapat mendemonstrasikan mekanisme pergerakan tersebut; karena kekurangan bukti yang kuat maka hipotesis ini belum dapat diterima sampai tahun 1950an, ketika berbagai penemuan baru membuktikan kebenaran teori continental drift.

KARIR

Wegener menuntut ilmu di University of Berlin dan mendapat gelar Ph.D dalam bidang astronomi pada tahun 1904. Ia menjadi sangat tertarik pada bidang ilmu lain yaitu meteorologi setelah menikahi puteri seorang ahli meteorologi dan klimatologi Wladimir Koppen. Wegener mempelopori penggunaan balon udara untuk mempelajari pergerakan udara. Ceramah ilmiahnya yang berjudul The Thermodynamics of the Atmosphere menjadi acuan standar dalam meteorologi. Wegener mengadakan beberapa ekspedisi ke Greenland untuk mempelajari sirkulasi udara di kutub (polar air circulation). Dalam ekspedisi terakhirnya Alfred Wegener dan temannya Rasmus Villumsen dilaporkan hilang pada November 1930. Jasad Wegener ditemukan pada tanggal 12 Mei, 1931. Penyebab kematiannya diduga karena gagal jantung.

CONTINENTAL DRIFT

Menelusuri University of Marburg, tempat dimana Wegener mengajar di tahun 1911, diketahui bahwa ia pernah dikagetkan oleh keberadaan fosil dalam strata geologi yang sekarang dipisahkan oleh lautan. Penjelasan atau teori yang dapat diterima saat itu untuk menjelaskan anomali fosil tersebut adalah land bridges (jembatan darat), tetapi Wegener meyakinkan bahwa kontinen itu sendiri telah mengalami pergeseran sehingga terpisah dari kontinen induknya (supercontinent), yang terjadi sekitar 180 juta tahun yang lalu, hal ini terlihat dari bukti fosil yang terdapat didalamnya. Wegener menggunakan fitur - fitur alam, fosil, dan iklim sebagai bukti untuk mendukung hipotesisnya tentang continental drift. Contoh dari fitur alam alam yang digunakan adalah posisi antar gunung di Afrika dan Amerika Selatan yang sejajar; juga keberadaan batubara di Eropa cocok dengan keberadaan batubara di Amerika Utara. Wegener juga mencatat bahwa fosil reptil seperti Mesosaurus dan Lystrosaurus ditemukan di tempat yang sekarang terpisahkan oleh lautan. Seiring dengan kemungkinan bahwa reptil tersebut telah berenang dengan jarak yang sangat jauh, Wegener yakin bahwa reptil-reptil tersebut pernah hidup pada satu daratan yang kemudian terpisah atau terbagi-bagi. Tahun 1912 Wegener menerbitkan teori “Continental Drift”, yang menyebutkan bahwa semua kontinen pada awalnya merupakan satu kesatuan dan kemudian karena pergerakannya kontinen tersebut terbagi menjadi beberapa bagian.
Pada tahun 1915, dalam The Origin of Continents and Oceans (Die Entstehung der Kontinente und Ozeane), Wegener mempublikasikan teori bahwa dahulu pernah ada satu superkontinen raksasa, yang di kemudian hari dinamakannya “Pangaea” yang berarti “Semua Daratan” atau “Semua Tanah”, dan mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai bidang. Dalam edisi terakhirnya, sebelum kematiannya, ia mengemukakan hasil observasinya bahwa lautan yang lebih dangkal secara geologi berusia lebih muda.

TEORI GAYA SENTRIFUGAL

Alfred Wegener mengemukakan teori untuk menjelaskan continental drift, walaupun tidak sepenuhnya benar. Teorinya mengemukakan bahwa gaya sentrifugal telah menggerakkan kontinen terhadap ekuator ketika bumi berputar. Dia menganggap pergerakan sentrifugal tersebut ditambah pasang surut pada kontinen (yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara matahari dan bulan) akan berpengaruh pada pergerakan kontinen.

REAKSI

Dalam pekerjaannya, Wegener menyajikan bukti-bukti untuk mendukung teori continental drift-nya, tetapi ia tidak dapat menyajikan mekanisme yang tepat untuk meyakinkan hal tersebut. Ide-idenya menarik beberapa pendukung seperti Alexander Du Troit dari Afrika Selatan dan Arthur Holmes dari Inggris. Walaupun demikian, pada masa itu hipotesisnya tetap diragukan. Pada tahun 1924 pekerjaan Wegener dipublikasikan dalam edisi Amerika, publikasi ini sangat kurang diterima sehingga American Association of Petroleum Geologists mengadakan simposium khusus untuk menentang hipotesis continental drift. Pada tahun 1930 teori Wegener hampir dilupakan oleh komunitas ilmuwan dan tetap kabur untuk hampir tiga puluh tahun.
Pada tahun 1950 dan 1960 beberapa perkembangan baru muncul dalam ilmu kebumian, salah satunya adalah penemuan penyebaran dasar samudera (seafloor spreading) dan zona Wadati-Benioff (Wadati-Benioff zones), menuntun pada kebangkitan hipotesis continental drift dan teori tektonik lempeng (plate tectonics). Alfred Wegener kemudian dikenal sebagai Bapak Penemu dari salah satu revolusi keilmuan mayor abad 20.

PENGHARGAAN DAN PENGHORMATAN

Institut Alfred Wegener untuk penelitian kutub dan kelautan (Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research) di Bremerhaven, Jerman didirikan pada tahun 1980 pada seratus tahun kematiannya. Penamaan beberapa hal untuk menghormati Wegener seperti The Wegener impact craters di mars dan bulan, asteroid 29227 Wegener dan semenanjung tempat ia meninggal di Greenland dinamakan Semenanjung Wegener.

Selasa, 29 Desember 2009

Awan

Benda putih yang melayang – layang di udara ini terbentuk dari uap air di udara yang meluap menjadi titik – titik air, perluapan ini bisa terjadi dalam dua cara, yaitu:
  1. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.

  2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air.
Apabila awan telah terbentuk, titik air di dalamnya akan semakin besar dan awan tersebut akan menjadi semakin berat dan perlahan – lahan gaya tarik bumi (gravitasi) menariknya ke bawah hingga sampai suatu titik di mana titik – tik air itu terus jatuh ke bawah atau yang biasa kita sebut dengan hujan.

Jika titik – titik air tersebut bertemu dengan udara panas, titik – titik air tersebut menguap dan menghilang, hal ini yang menyebabkan awan selalu berubah – rubah bentuknya.

Klasifikasi Awan


A. Awan Tinggi


Awan tinggi akan terbentuk antara ketinggian 3000m sampai 8000m di daerah kutub, 5000m sampai 12000m di daerah subtropis, dan 6000m sampai 18000m di daerah tropis.

Ada tiga bentuk awan tinggi, yaitu:

  • Cirrocomulus (Cc)
Cirrocomulus adalah awan tinggi yang terbentuk pada ketinggian 5 km – 12 km, cirrocomulus mengandung sedikit titik – titik air, awan cirrocomulus berbentuk seperti sisik ikan.


  • Cirrus (Ci)
Cirrus adalah awan tinggi yang terbentuk pada ketinggian 8 km, awan ini berbentuk seperti kapas tipis, awan cirrus biasanya mengidentifikasikan bahwa hari sedang cerah.

  • Cirrostratus (Cs)
Cirrostratus adalah awan tinggi yang terbentuk pada ketinggian 5,5 km, awan ini berbentuk sangat tipis hingga tidak kelihatan, ketika awan ini menutupi matahari maka akan terjadi “HALO” (lingkaran pelangi di sekelliling matahari)

B. Awan sedang


Awan sedang akan terbentuk antara ketinggian 2000m sampai 8000m tergantung wilayah terbentuknya,


Ada dua bentuk awan sedang, yaitu:

  • Altostratus (As)
Altostratus adalah awan yang terbentuk pada ketinggian 2,4 km sampai 6,1 km, awan ini terbentuk dari butiran air yang terkondensasi awan ini terlihat lebih padat,berwarna kelabu dan kelihatan seperti air.

  • Altocumulus (Ac)
Altocumulus adalah awan yang terbentuk pada ketinggian 2,1 km sampai 6,1 km, awan ini berwarna putih hingga abu – abu berbentuk seperti berlapis dan awan ini mengidenfikasikan bahwa cuaca sedang baik

C. Awan rendah

Awan rendah akan terbentuk pada ketinggian 2,1 km, ketika awan ini menyentuh permukaan biasanya disebut kabut.

Ada tiga bentuk awan rendah, yaitu:

  • Stratocumulus (Sc)
Stratocumulus adalah awan yang terbentuk pada ketinggian 2,4 km sampai 8 km,awan ini berwarna gelap tebal dan berkumpul dalam jumlah besar, awan ini mengidentifikasikan cuaca buruk.

  • Nimbostratus (Ns)
Nimbostratus atau awan hujan terbentuk pada ketinggian 2 km sampai 3 km, awan ini berwarna abu gelap dan mempunyai lapisan – lapisan yang jelas.

  • Stratus (st)
Stratus adalah awan yang berwarna gelap, abu sampai putih, hari yang mendung disebabkan oleh awan stratus yang menutupi sinar matahari, awan strus yang menyentuh permukaan biasanya disebut kabut.



Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah- celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung- gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”

(Qur’an surat An-Nuur 41-43)

Senin, 28 Desember 2009

Pemetaan geologi

Pemetaan Geologi

Pemetaan geologi adalah suatu proses ilmiah yang bersifat interpretasi dan dapat menghasilkan berbagai jenis peta untuk berbagai macam tujuan, misalnya untuk penilaian kualitas air bawah tanah dan resiko pencemaran, memprediksi bencana longsor, gempabumi, erupsi gunungapi, karakteristik sumberdaya mineral dan energi, manajemen lahan dan perencanaan tata guna lahan, dan lain sebagainya.

Informasi yang ada pada peta geologi sangat dibutuhkan bagi para pengambil keputusan, baik untuk keperluan sektor publik maupun swasta, seperti misalnya dalam penentuan rencana rute suatu jalan, sistem “cut and fill” pada pembuatan jalan di medan yang berbukit-bukit. Peta geologi juga dipakai dalam untuk memperkecil ketidak pastian dan potensi penambahan biaya.

Metode Pemetaan Geologi Lapangan
Gambar 1.
kompas geologi


Dalam pemetaan geologi, seorang ahli geologi harus mengetahui susunan dan komposisi batuan serta struktur geologi, baik yang tersingkap di permukaan bumi maupun yang berada di bawah permukaan melalui pengukuran kedudukan batuan dan unsur struktur geologi dengan menggunakan kompas geologi serta melakukan penafsiran geologi, baik secara induksi dan deduksi yang disajikan diatas peta dengan menggunakan simbol atau warna.

Pekerjaan pemetaan geologi lapangan mencakup observasi dan pengamatan singkapan batuan pada lintasan yang dilalui, mengukur kedudukan batuan, mengukur unsur struktur geologi, pengambilan sampel batuan, membuat catatan pada buku lapangan dan mem-plot data geologi hasil pengukuran keatas peta topografi (peta dasar).

Catatan hasil observasi lapangan biasanya dibuat dengan menggunakan terminologi deskripsi batuan yang baku terutama dalam penamaan batuan. Tatanama batuan dan pengelompokkan satuan batuan harus mengikuti aturan Sandi Stratigrafi. Penentuan lokasi singkapan dengan menggunakan kompas serta membuat sketsa singkapan dan mendokumentasikan melalui kamera. Pada dasarnya, peta geologi disusun dan diolah di lapangan melalui kegiatan lapangan, kemudian disempurnakan setelah dibantu dengan hasil analisa di laboratorium (petrologi / petrografi, paleontologi, radiometri dsb), analisa struktur dan studi literatur dan data sekunder.

Setiap unsur - unsur geologi dianggap sebagai bentuk - bentuk yang sederhana, batas satuan batuan, sesar, diperlakukan sebagai bidang-bidang teratur yang dapat diukur kedudukannya dan digambarkan dalam peta.
Peta geologi pada hakekatnya merupakan gambar teknik yang memperlihatkan sebaran satuan satuan batuan dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Gambar 2.
unsur - unsur "struktur perlapisan batuan" strike (jurus perlapisan batuan), direction of Dip (arah kemiringan lapisan batuan), angle of dip (arah kemiringan lapisan batuan.


Semua hasil pekerjaan lapangan yang berupa hasil pengukuran kedudukan batuan, lokasi-lokasi singkapan batuan dan unsur-unsur geologi lainnya harus diplot pada peta dasar dan pekerjaaan analisis terhadap hubungan antar batuan atau satuan batuan juga harus dilakukan dan dipecahkan di lapangan.

Hal-hal yang tidak dapat dikerjakan dan dilakukan di lapangan, seperti misalnya analisa paleontologi, analisa petrografi, maupun analisa sedimentologi, maka diperlukan pengambilan contoh batuan guna keperluan analisis di laboratorium.

Hasil akhir dari suatu pemetaan geologi lapangan adalah suatu peta geologi beserta penampang geologinya yang mencakup uraian dan penjelasan dari bentuk bentuk bentang alam atau satuan geomorfologinya, susunan batuan atau stratigrafinya, struktur geologi yang berkembang beserta gaya yang bekerja dan waktu pembentukannya dan sejarah geologinya.



Gambar 3.
pengukuran dip dengan bantuan kompas geologi.


Penentuan lokasi singkapan-singkapan batuan dapat dilakukan dengan KOMPAS maupun dengan alat navigasi yang dikenal sebagai GPS.


Gambar 4.
contoh ploting.


Pemetaan geologi dapat juga dilakukan dengan bantuan potret udara sebagai peta dasarnya. Untuk kepentingan pemetaan, potret udara yang diperlukan adalah potret udara yang saling overlap. Dengan mempergunakan stereoskop, maka kenampakkan 3 dimensi dari daerah yang akan dipetakan dapat diperoleh. Pemetaan dilakukan dengan cara penafsiran terhadap karakteristik batuan dan struktur geologi yang tampak di dalam potret.Untuk mendapatkan peta geologi yang maksimal maka diperlukan pengecekkan lapangan, terutama pada beberapa lokasi yang dianggap penting dan merupakan kunci dari hasil penafsiran potret udara

Rabu, 23 Desember 2009